Mengenal Apa itu Nunchi? Gaya Parenting Ala Korea Selatan

Doodle.co.id – Belakangan ini, budaya K-Pop atau Korean Popular makin marak menyebar di seluruh penjuru dunia. Tidak hanya terkait industri hiburannya saja, makanan, fashion, hingga gaya parenting ala Korea Selatan menjadi kiblat baru bagi sejumlah anak muda dan dewasa, termasuk para Moms Doodle. Memang, tata krama dan sopan santun menjadi salah satu hal yang penting di Negeri Ginseng tersebut, Pola asuh dengan konsep Nunchi, sering kali diajarkan para orang tua Korea kepada anak sejak dini.

parenting ala korea selatan
Parenting ala korea selatan dengan konsep Nunchi / Image Pavel Danilyuk

Konsep Nunchi ini adalah sebuah seni yang memahami perasaan orang lain saat menjalin hubungan sosial atau relasi. Selain mengajarkan sopan santun, metode satu ini juga dipercaya mampu meningkatkan kecerdasan sosial Si Kecil nantinya.

Apa Itu Nunchi?

Nunchi berasal dari kata “Nun” yang berarti mata dalam bahasa Korea, dan “Chi” yang berarti alat ukur. Jika disatukan Nunchi dapat diartikan menjadi “ukuran mata”. Pola asuh ini telah diperkenalkan kepada masyarakat Korea Selatan sejak 25 abad lalu oleh seorang fisul dari China bernama Confusius. Seiring berkembangnya jaman, metode ini pun melebur menjadi budaya penting dalam kehidupan mereka. Nunchi secara umum diartikan sebagai seni untuk merasakan serta memahami apa yang orang lain rasakan, ini berguna agar seseorang mampu merespon perasaan itu dengan tepat. Ini termasuk saat berkomunikasi dengan rekan kerja, saat memilih pasangan, hingga mengurangi kecemasan sosial yangg tentu berdampak baik bagi anak di kemudian hari. Bahkan, dilihat dari sisi parenting, konsep ini dipercaya mampu membangun kecerdasan sosial yang baik di kemudian hari bagi anak.

Perbedaan Nunchi dengan Empati

Menurut Jurnalis asal Korea Selatan dan penulis buku bertajuk “The Power of Nunchi”, Euny Hong, Nunchi tidak sama dengan empati. Jika empati hanya tertuju pada kemampuan seseorang dalam memahami perspektif orang lain. Berbeda halnya dengan Nunchi yang tidak hanya berfokus pada satu individu saja melainkan juga pada situasi ataupun lingkungan sosial secara menyeluruh. Dibutuhkan 3 aspek penting dalam menerapkan pola asuh asal Korea Selatan ini yaitu mata, telinga dan pikiran yang tenang.

Praktik dalam Pola Asuh

Biasanya, orang tua akan mengajarkan Nunchi saat anak memasuki usia 3 tahun, ini dipercaya mampu membentuk kebiasaan baik hingga 80 tahun. Uniknya, saat seorang anak menyebabkan masalah, maka orang tua Korea akan mengatakan “Kenapa kamu tidak memiliki nunchi?”. Hal ini karena pola asuh Nunchi berkaitan dengan anak yang dianggap nakal dan tidak bisa menghargai orang lain.

Manfaat Nunchi

Nunchi memiliki manfaat untuk mengajarkan anak menjadi seseorang yang mampu bersikap bijaksana, menghargai lingkungan sekitarnya, serta memikirkan perasaan orang lain.
Misalnya saat anak mengantre untuk membeli makanan dan ia mengeluh karena lapar. Orang tua Korea tidak akan mengatakan “Kasian anak Mama, makan camilan ini dulu biar gak laper.” Namun justru akan merespon “Lihat di sekeliling kamu nak, banyak orang yang lapar seperti kamu dan mereka mengantri. jadi bukan kamu saja yang lapar, tolong sabar sedikit, ya”.

Respon yang dilakukan ibu Korea Selatan ini memberikan pelajaran pada anak untuk bijaksana, dan sabar. Selain itu, metode tersebut mampu mengajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain. Beberapa cara untuk memperkenalkan metode Nunchi kepada anak yakni di sekolah Korea yang tidak mempekerjakan petugas kebersihan, biasanya siswa diharapkan lebih bertanggung jawab akan lingkungan sekolahnya. KEgiatan itu termasuk menyapu, mengepel kelas, hingga membereskan bekal mereka sendiri. Nunchi mengajarkan anak untuk tidak hanya sopan dalam bertindak namun juga memahami perasaan serta situasi lingkungan di sekitarnya.

 

Sumber
id.theasianparent.com/ nunchi

 

Temukan Produk Doodle Exclusive Baby Care di Official marketplace kami

         

@ 2021 Doodle | Terdaftar pada Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Republik Indonesia
© 2021 Doodle | Terdaftar pada Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Republik Indonesia.
                                                           Privacy Policy     Syarat dan Ketentuan  Cookie