77 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Sudah Merdekakah Kita dari Stereotype Membandingkan Anak?      

Hai Mums, Hai Paps. Sudah masuk bulan Agustus lagi nih. Biasanya pada bulan ini, seluruh masyarakat Indonesia mulai menyiapkan diri untuk merayakan Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sedikit cerita nih Mums dan Paps, pada 77 tahun lalu, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia. Dari proklamasi tersebut berlanjut pada peristiwa-peristiwa yang membangkitkan semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaannya dari penjajah. Banyak pula anak-anak muda yang mengangkat senjata untuk mengusir penjajah dari negeri tercinta.

Nah, pada perayaan kemerdekaan zaman now kali ini, masyarakat tidak perlu lagi mengangkat senjata untuk menghadapi musuh, tidak perlu pula berdiplomasi dengan penjajah untuk memperoleh kemerdekaan dari penindasan bangsa lain.

Kendati demikian, dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 RI kali ini, apakah kita sudah merdeka dari stereotype tentang budaya membandingkan anak? Apakah sudah merdeka dari kesadaran bahwa setiap anak itu berbeda baik secara fisik maupun psikis?

Parenting, seperti yang kerap dikatakan oleh banyak orang merupakan interaksi berkelanjutan antara anak dan orangtua. Interaksi tersebut melibatkan berbagai proses, mulai dari kelahiran, perlindungan, pengasuhan, hingga memberi bimbingan kepada anak-anak. Adapun tujuannya adalah membentuk kepribadian anak menjadi orang dewasa yang berfungsi dengan baik dan norma, serta memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Namun terkadang, selama masa pengasuhan, banyak orangtua yang fokus pada perkembangan anak lain dan terobsesi dengan membandingkan buah hatinya dengan anak orang lain. Hal ini kemudian mengakibatkan terbentuknya budaya membandingkan antar-orangtua, khususnya orangtua milenial.

Budaya Membandingkan Antar-anak

Manusia memang memiliki sifat membandingkan. Sebagai orangtua, terkadang, hal tersebut tidak bisa dihindari. Banyak orangtua yang membandingkan anak-anaknya dengan anak lain. Bahkan, dalam beberapa hal, budaya membandingkan ini dinormalisasi. Banyak pula orangtua yang terlalu fokus memastikan bahwa anak mereka unggul dalam segala hal, baik perkembangan motorik, mental, hingga prestasi akamdes.

Hal ini bukannya dilakukan dengan disengaja, ada pula orangtua yang secara tak langsung membandingkan anaknya dengan tidak sengaja. Ini terjadi karena, banyak di antara kita yang berusaha agar anak-anak tumbuh dan berkembang dengan normal.

Nah, hal itulah yang ingin kita pastikan. Dengan membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain, beberapa orangtua secara tidak sengaja sebenarnya ingin melihat perkembangan buah hatinya.

Perbandingan tersebut antara lain membandingkan warna kulit, gaya rambut, bentuk tubuh, karakter, hingga prestasi akademis.

Padahal, saat ini, orangtua perlu menahan diri untuk tidak membandingkan anak-anaknya dengan anak orang lain. Selain itu, orangtua juga perlu mengetahuui kapan harus mundur dan membiarkan anak tumbuh dengan kemampuan dan berkembang sendiri tanpa perlu tekanan untuk mengungguli teman sebayanya.

Dalam momen Celebrate the Difference kali ini, Momin ingin mengingatkan kembali agar orangtua lebih berfous pada pola asuh yang tidak berdasarkan stereotyping, menggurui, atau bahkan membandingkan hal-hal yang tidak perlu.

Nah, bagaimana agar budaya membandingkan antar anak ini tidak lagi terjadi?

Orangtua perlu mengerti bahwa perkembangan dan tampilan fisiksetiap anak tidaklah sama. Ada beberapa anak yang bisa langsung berjalan dalam waktu beberapa bulan, namun ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama. Beberapa anak juga dapat tidur dengan nyenyak pada waktu malam, sedangkan beberapa di antaranya tidak bisa mendapatkan tidur yang cukup. Ada pula anak yang memiliki penampilan yang menurut stadar masyarakat Indonesia cantik atau ganteng, ada pula yang menurut masyarakat biasa saja.

Oleh karenanya, orangtua perlu sadar bahwa setiap anak mempunyai waktunya sendiri. Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Berikut adalah beberapa tips agar Mums dan Paps tidak jatuh dalam perangkap membandingkan anak:

l  Sadar Akan Setiap Anak Itu Berbeda

Kesadaran Orang tua akan setiap anak berbeda, mulai dari warna kulit, jenis rambut, bentuk badan dan lain sebagainya, hingga saat ini masih sangat minim disadari baik dari orang Taunya sendiri, Mertua, Kakek ataupun Nenek atau yang lebih parah tetangga. Nah kesadaran akan setiap anak itu berbeda wajib kita tanamkan sebagai Millenial Mums saat ini.

l  Fokuskan perhatian Mums dan Paps pada anak

Ingat, bahwa tidak semua anak belajar cara duduk atau cara berjalan pada waktu yang sama. Setiap anak dapat mencapai fase ini pada waktu yang berbeda.

l  Batasi waktu di media sosial

Terkadang, media sosial mampu membuat orangtua membandingkan anak mereka dengan anak-anak lain di dunia maya. Jadi, letakkan gadget Mums dan Paps dan fokuslah pada perkembangan Si Kecil.

l  Cari tahu apa yang saat ini dapat dilakukan oleh anak

Ini artinya, Mums dan  Paps perlu merayakan perkembangan apa yang sudah dicapai oleh Si Kecil.

l  Lakukan self-talk

Ingatlah untuk selalu bersikap baik terhadap diri sendiri. Selain menghindari membandingkan anak, Mums dan Paps perlu menghindari budaya membandingkan diri sendiri. Ingat juga bahwa Mums dan Paps adalah orabgtua yang baik untuk Si Kecil dan tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya.

l  Sampaikan ke orang lain

Setelah Mums dan Paps lebih memerhatikan buah hati, kini saatnya kita menyampaikan hal ini ke orangtua lainnya. Sampaikan bahwa budaya memberikan stereotype dan membandingkan adalah hal yang harus segera dihilangkan.

Di moment kemerdekaan RI yang ke 77 ini, Doodle Exclusive mengajak Mums untuk turut merayakan tetang merawat perbedaan khususnya kesadaran tentang perbedaan setiap anak. Primordialisme tentang anak wajib untuk mulai ditinggalkan karena generani Millenial adalah generasi yang lebih terbuka akan informasi baru, perkembangan informasi dan pengetahuan tentang anak. Let’s #CelebrateTheDiference.

  • Sumber:
  • Find Your Mom Tribe “Old Versus Modern Parenting: Was It Better Then Than It Is Now?” https://findyourmomtribe.com/modern-parenting/ (diakses 10 Agustus 2022).
  • Healthlline “Parents, Don’t Get Caught in the Comparison Trap” https://www.healthline.com/health/parenting/dont-get-caught-in-the-comparison-trap#Takeaway-tips )diakses 14 Agustus2022).
  • Klik Dokter “4 Gaya Pengasuhan Anak yang Wajib Diketahui” https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2700029/4-gaya-pengasuhan-anak-yang-wajib-diketahui (diakses pada 10 Agustus 2022).
  • New York Times “How to Be a Modern Parent” https://www.nytimes.com/guides/well/guide-to-modern-parenting (diakses pada 10 Agustus 2022).
  • Psychology Today “4 Parenting Styles: How They Relate to a Child’s Character” https://www.psychologytoday.com/us/blog/raising-kind-kids/202006/4-parenting-styles-how-they-relate-childs-character (diakses 10 Agustus 2022).
  • Sugiarti, Rini, dkk (2022). The Influence of Parenting on Building Character in Adolescents, Heliyon Vol. 8, Issue 5.

 

Temukan Produk Doodle Exclusive Baby Care di Official marketplace kami

     

@ 2021 Doodle | Terdaftar pada Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Republik Indonesia
© 2021 Doodle | Terdaftar pada Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Republik Indonesia.
                                                           Privacy Policy     Syarat dan Ketentuan  Cookie